Jumat, 12 September 2014

Bulan Terbelah dilangit Amerika

Perjalanan 99 Cahaya Berlanjut dalam 'Bulan Terbelah di Langit Amerika'

Adhie Ichsan - detikhot
Selasa, 10/06/2014 18:33 WIB
Halaman 1 dari 2
http://images.detik.com/content/2014/06/10/1059/bulandlm.jpg
Jakarta - Menyusul film '99 Cahaya di Langit Eropa', Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, menerbitkan novel berjudul 'Bulan Terbelah di Langit Amerika' pada Senin, (9/6/2014) kemarin. Novel ini menceritakan perjalanan spiritual Hanum dan Rangga dalam menapak jejak Islam di benua Paman Sam.

Novel setebal 329 halaman diklaim sedikit berbeda dengan 99 Cahaya karena dikemas dalam genre yang menjadikan satu antara fakta sejarah-ilmiah, traveling, drama, dan fiksi.

"Buku yang diterbitkan jelang Ramadhan ini memberi banyak pengetahuan yang tidak diketahui oleh banyak pihak. Salah satunya tentang misteri penemu Amerika yang selama ini dikultuskan pada Columbu," demikian keterangan pers yang diterima detikHOT, Selasa (10/6/2014).

Buku ini juga mengajak melongok Al Quran yang dimiliki oleh Thomas Jefferson -bapak deklarator Amerika Serikat-yang selama ini disimpan di Perpustakaan Kongres Amerika Serikat hingga misteri patung Muhammad SAW yang dijadikan patron keadilan.

'Bulan Terbelah di Langit Amerika' yang berlatar belakang tragedi 11 September ini juga menguak sisi kemanusiaan yang terlantar akibat kecurigaan dan prasangka antar manusia yang dikemas dalam jalinan cerita yang mengandung unsur emosional.
emua orang berbondong-bondong membenturkan mereka. Mengakibatkan banyak korban berjatuhan; saling curiga, saling tuding, dan menyudutkan banyak pihak.

Ini adalah kisah perjalanan spiritual di balik malapetaka yang mengguncang kemanusiaan. Kisah yang diminta rembulan kepada Tuhan. Kisah yang disaksikan bulan dan dia menginginkan Tuhan membelah dirinya sekali lagi sebagai keajaiban.

Namun, bulan punya pendirian. Ini untuk terakhir kalinya. Selanjutnya, jika dia bersujud kepada Tuhan agar dibelah lagi, itu bukan untuk keajaiban, melainkan agar dirinya berhenti menyaksikan pertikaian antarmanusia di dunia.

“Apa? Wajah Nabi Muhammad junjunganku terpahat di atas gedung ini? Apa-apaan ini! Penghinaan besar!” seruku pada Julia. Mataku hampir berair menatap patung di dinding Supreme Court atau Mahkamah Agung Amerika Serikat, tempat para pengadil dan terhukum di titik puncak negeri ini.

“Jangan emosi. Tak bisakah kau berpikir lebih jauh, Hanum? Bahwa negeri ini telah dengan sadar mengakui Muhammad sebagai patron keadilannya. Bahwa Islam dan Amerika memiliki tautan sejarah panjang tentang arti perjuangan hidup dan keadilan bagi sesama.

“Akulah buktinya, Hanum.”

Kisah petualangan Hanum dan Rangga dalam 99 Cahaya di Langit Eropa berlanjut hingga Amerika. Kini mereka diberi dua misi berbeda. Namun, Tuhan menggariskan mereka untuk menceritakan kisah yang dimohonkan rembulan. Lebih daripada sekadar misi. Tugas mereka kali ini akan menyatukan belahan bulan yang terpisah. Tugas yang menyerukan bahwa tanpa Islam, dunia akan haus kedamaian.
Anisya Mayliana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar